Pada hari Selasa, 8 Oktober 2024, tim dari Program Studi Sistem Informasi (PSTI) Universitas Bandar Lampung (UBL) mengadakan sosialisasi sistem konektivitas kepada pemangku kepentingan di SMKS Muhammadiyah Labuhan Maringgai. Acara ini merupakan kelanjutan dari sosialisasi sebelumnya yang dilaksanakan di SMKS Nusantara. Sosialisasi ini bertujuan untuk memperkenalkan teknologi pemantauan yang dapat membantu dalam upaya pelestarian kawasan konservasi Taman Nasional Way Kambas (TNWK) dan melibatkan masyarakat sekitar dalam mendukung kegiatan konservasi tersebut.

Gambaran Kawasan dan Tantangan Pelestarian di TNWK

Secara administratif, TNWK berada di Kabupaten Lampung Timur dan Kabupaten Lampung Tengah, mencakup beberapa kecamatan seperti Labuhan Maringgai, Braja Selebah, Way Jepara, Labuhan Ratu, dan Purbolinggo di Lampung Timur, serta Kecamatan Rumbia dan Seputih Surabaya di Lampung Tengah. Kawasan TNWK dikelilingi oleh 37 desa penyangga yang berbatasan langsung dengan kawasan konservasi ini. Keberadaan desa-desa ini sangat penting, karena aktivitas manusia di sekitar kawasan TNWK seringkali berpotensi menimbulkan konflik dengan satwa liar, terutama gajah, yang berinteraksi dengan lingkungan manusia.

Detail Kegiatan Sosialisasi Konektivitas

1. Pemanfaatan Teknologi Konektivitas untuk Mendukung Pelestarian TNWK
   Tim PSTI UBL memberikan paparan mengenai pentingnya sistem konektivitas dalam upaya pelestarian TNWK. Mereka menjelaskan bahwa teknologi ini melibatkan penggunaan perangkat Internet of Things (IoT) yang dapat memantau kondisi lingkungan sekitar TNWK. Perangkat ini akan dipasang di beberapa titik strategis di kawasan dan desa-desa penyangga untuk memberikan data real-time mengenai pergerakan satwa, kondisi hutan, dan potensi ancaman lainnya. Data yang dikumpulkan akan membantu TNWK dan masyarakat desa untuk merespons cepat terhadap potensi konflik atau ancaman terhadap satwa liar.

2. Pentingnya Keterlibatan Masyarakat Lokal
   Salah satu poin penting dalam sosialisasi ini adalah keterlibatan aktif masyarakat desa dalam mendukung pengelolaan sistem konektivitas ini. Tim PSTI UBL menyampaikan bahwa partisipasi masyarakat sangat krusial dalam menjaga keberlangsungan dan efektivitas sistem ini. Oleh karena itu, masyarakat diberikan informasi tentang cara kerja teknologi ini, serta bagaimana cara melaporkan data atau potensi ancaman yang terdeteksi oleh perangkat ke pihak TNWK. Dengan demikian, warga desa akan memiliki peran aktif dalam pelestarian dan perlindungan lingkungan.

3. Koordinasi dengan Desa Penyangga
   Sosialisasi ini juga membahas pentingnya koordinasi dengan desa-desa penyangga di sekitar TNWK. Sebanyak 37 desa yang berbatasan langsung dengan TNWK memiliki pengaruh besar dalam menjaga kawasan konservasi dari aktivitas yang dapat merusak lingkungan. Dalam sosialisasi ini, para perwakilan desa diberikan pemahaman mengenai sistem yang akan diterapkan, termasuk manfaat yang diharapkan dan cara melaporkan masalah atau pelanggaran di kawasan TNWK.

4. Rencana Pelaksanaan Sistem dan Pelatihan bagi Masyarakat
   Tim dari PSTI UBL juga menjelaskan tentang rencana pelaksanaan sistem konektivitas ini, termasuk tahap instalasi perangkat, pemantauan, dan pelatihan bagi masyarakat sekitar. Pelatihan ini nantinya akan mencakup penggunaan perangkat dan sistem IoT agar masyarakat dapat secara mandiri memantau dan melaporkan situasi di kawasan konservasi. Selain itu, pelatihan ini diharapkan dapat memperkuat pemahaman masyarakat mengenai peran penting mereka dalam pelestarian satwa dan lingkungan.